Sejarah Ida Ratu Gede Serongga Gianyar dan Bagaimana Desa Serongga menjalin tali silahturahmi dengan Desa Adat lain
Berbagai cara desa adat di Bali menjalin hubungan baik entah dengan desa tetangga dan lainnya dengan cara tersendiri, namun keunikan lainnya Bali mempunyai cara menjalin hubungan antar desa melalui jalan keRohanian, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan keArifan Lokal.. seperti Desa Serongga Gianyar yang selama ratusan tahun dan hingga kini mengikat tali silahturahmi secara emosional melalui Kepercayaan thdp Tuhan YME, masyarakat mengenangnya melalui sejarah panjang yg diceritakan secara turun menurun kepada anak cucunya,, Serongga mempunyai jalinan Cinta Kasih dgn Desa Tojan Klungkung, Angganing Puri Siangan Gianyar, Desa Lebih dan Desa Tedung Gianyar serta Pasewitraan dgn Desa Tusan Klungkung yang di ikat semua dalam wujud Pasemetonan Ida Bhatara Petapakan, ada pun kepercayaan lokal yang berlandaskan keArifan Lokal masyarakat Desa Serongga mempercayai hal sebagai berikut.
1. Ida Bhatara Ratu Lingsir Pura Penataran Taman Sari Tojan Klungkung, pinaka Ida Bhatara Raka.
2. Ida Bhatara Ratu Lingsir Pura Dalem Serongga, Pinaka sungsungan Jagad Serongga Gianyar.
3. Ida Bhatara Ratu Mas Lingsir Merajan Agoeng Poeri Siangan Gianyar (Warga di Serongga menyebut beliau dgn nama ini), Pinaka Ida Bhatara Ari )
*Kawentenan taler Pasewitraan sangkaning paMuus Niskala, Inggih Punika :
4. Ida Bhatara Ratu Mas Pura Dalem Kayu Putih, Desa Tusan Banjarangkan Klungkung.
**ada pun kepercayaan kami di Serongga, tentang Sanak Putra Ida Bhatara Dalem Serongga Gianyar , Inggih punika:
5. Ida Bhatara Ratu Gde Pura Dalem Lebih Gianyar, pinaka Ida Bhatara Putra.
6. Ida Bhatara Ratu Mas Anom Pura Dalem Tedung, kelurahan Abianbase Gianyar taler pinaka Ida Bhatara Putra.
Dengan keArifan Lokal yg kami miliki ini telah terjalin erat perSaudaraan juga sesama Masyarakat antar desa tersebut selama ratusan tahun. Lalu bagaimana pula Masyarakat Desa Serongga juga menjalin silahturahminya dgn angganing Poeri Singapadu Gianyar? Ternyata tidak terlepas dari sejarah Petapakan Ida Bhatara yg kami Sungsung.
Alkisah Penguasa Serongga kala itu Ida Dewa Kepandean (A.A. Kepandean), tertarik hati beliau untuk mengundang Putra Ida Dalem Sukawati yang bertempat di Puri Singapadu bernama Ida Dewa Api (Cokorda Api). I Dewa Api sangat terkenal akan keahlian beliau dalam bidang seni pahat dan ukiran untuk membuat barong sakral. Sesampainya beliau di Puri Serongga, I Dewa Kepandean bertanya "apakah benar wahai saudara ku pintar Ngubuh (memelihara) barong??", dengan pertanyaan yg seperti melecehkan itu I Dewa Api dengan sabar dan merendah lalu menjawab pertanyaan tersebut "Ampura Paduka Ratu, hamba bukan lah siapa-siapa, dan hamba juga tidak pintar seperti yang paduka katakan". I Dewa Kepandean pun terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar keahlian I Dewa Api, namun I Dewa Api tetap merendah agar tidak terlihat sombong dihadapan sang tuan rumah. Merasa pertanyaannya tidak mendapat jawaban, I Dewa Kepandean kemudian kesal dan menanyakannya kembali lalu mencolek I Dewa Api dengan kaki nya. merasa terlecehkan I Dewa Api marah kemudian memejamkan mata, seketika saat itu masyarakat Serongga yang berada di Jaba Puri dan di Pasar kerasukan sambil menusuk-nusuk diri dengan pisau dagangan, pangot (pencongkel kelapa) dan berbagai benda tajam lainnya, darah berceceran di bencingah Puri dan Pasar Serongga. Atas kejadian tsb I Dewa Kepandean ingin meminta maaf, namun setelah ditemui kembali ternyata I Dewa Api sedang duduk di atas atap Gedong Puri Serongga sebagai bentuk keSidhian (kesaktian) beliau.
Singkat cerita I Dewa Kepandean memohon kepada I Dewa Api untuk bersama-sama nangiang sebuah petapakan Barong untuk diStanakan di Pura Dalem Serongga, bersama-sama melakukan prosesi "Ngredana" memohon petunjuk Tuhan di sebuah wilayah di Pura Dalem Serongga (sekarang menjadi Pelinggih Sapuh Jagad). Tiba2 terlihat lah awan di langit membentuk sebuah pola wajah Banaspati (Raja Hutan) dengan sigap I Dewa Api menggambar pola tsb dengan ibu jari kakinya, yg bermaksud agar tetap bisa menoleh keAtas supaya pola awan tsb tidak keburu hilang.
Setelah I Dewa Api berhasil melakukan Sket Tapel di tanah dan mengukir balok Taru menjadi barong dgn rupa lain daripada barong yg lain, bahkan beliau sendiri I Dewa kepandean dan I Dewa Api terkejut dgn hasil karya mereka sendiri, mengingat rupa tapel yg lain dgn barong biasanya. Setelah selesai mengukir tapel tsb Sketsa wajah barong yg bergambar di tanah dihapus oleh beliau berdua, disapu hingga tak terlihat lagi, disitulah akhirnya I Dewa Kepandean menyatakan tempat tsb bernama "Sapuh Jagad" mengingat sketsa tsb merupakan cikal bakal sungsungan jagad Serongga nantinya. Dalam perjalanannya Ida Ratu Gde sangat pingit (Tenget) dan malah menjadikan masyarakat susah untuk nyungsung, karena untuk ngiring pikayunan sangatlah berat dgn berbagai syarat yg harus dipenuhi. Akhirnya masyarakat Serongga memutuskan untuk ngeluhur Ida Ratu Gde dgn mengGeseng (dibakar), keanehan pun muncul dimana seolah-olah Ida Ratu Gde tidak mau terbakar, Prerai pun tak kunjung menjadi Abu. akhirnya masyarakat menghayutkannya di Segara Lebih.
Singkat Cerita mulai lah kembali Masyarakat Serongga Nangiang petapakan Anyar, dimana Ida Dewa Kepandean kembali mengundang Ida Dewa Api untuk turut serta dalam proses ini, balok taru yg besar kemudian di belah menjadi dua bagian dgn ukuran yg sedikit berbeda, satunya agak besar yg satu lebih kecil, kedua-duanya kemudian dijadikan tapel Barong, saat itu Angganing Puri Siangan Gianyar juga turut serta hadir dalam proses tsb. Beliau kemudian tertarik hatinya untuk meminang Tapel yg lebih kecil dan di bawa ke Puri Siangan. Proses pasupati dilakukan dan Masyarakat Serongga akhirnya kembali memiliki sungsungan Barong (Mapesengan Ida Bhatara Ratu Gde Lingsir Dalem Serongga), begitu juga Tapel yg dibawa ke Puri Siangan juga berstana di Pamerajan Agung Puri Siangan (Mapesengan Ratu Mas).
Flashback dgn kisah Ratu Lingsir yg dihanyutkan di Segara, Akhirnya bagian atas diketemukan oleh Seorang Nelayan saat Melaut dan bagian Bawah diketemukan oleh petani terdampar di pantai Sedayu Klungkung, petani dan nelayan tsb akhirnya bertemu dan menyatukan kedua bagian tapel tsb dan akhirnya cocok, kemudian secara iseng menjadikan tapel tsb sebagai lelakut (petakut di sawah), keajaiban pun muncul, disetiap malam hari tapel tsb selalu memancarkan cahaya, disana akhirnya sang Petani menyadari bahwa tapel ini bukan lah tapel biasa, masyarakat pun bertanya ke orang pintar dan diketahui bahwa Tapel ini dahulunya adalah Sungsungan Pura Dalem Serongga Gianyar, akhirnya tapel tsb di Restorasi, setelah itu masyarakat Sedayu dan Tojan Klungkung melakukan proses "Masaran" dimanakah Ida Bhatara maPikayunan melinggih, beberapa pura yg dilakukan Proses upacara "Masaran" malahan terbakar ketika Ida Bhatara diStanakan, ajaib sekali api muncul dari dalam prerai, akhirnya masyarakat mengalami kerauhan (trans) bahwasannya Ida Bhatara mapikayunan melinggih di Pura Penataran Taman Sari Tojan Klungkung.
(Sumber: Dane Bapa Mangku Dalem Serongga dan dari para tetua di Desa lainnya).
Komentar
Posting Komentar