Tersebutlah Ida Cokorda Api di Puri Singapadu. Beliau salah satu keturunan dari Dewagung Anom alias "Sri Aji Wijaya Sirikan" kisaran tahun awal 1800an. Cokorda Api tinggal di Puri Singapadu Gianyar. Beliau tersohor ahli dalam membuat Topeng Barong.
Berita ini juga didengar Oleh Ida Padanda Grya Gde Mas Delod Pasar saren dangin rurung kelodan. Hal ini temuat dalam lontar Dwe Grya yang berjudul "Purana Tattwa Ida Bhatara Parama Nirarta": keterangannya begini:
"Padanda Dangin Rurung Haneng Grya Kelodan, angambil putranira Padanda Tegal, Ida Sang Pinicayan Angwangun Barong:
Ida Padanda Dangin Rurung dari Grya Kelodan, menikahi putrinya Padanda Tegal. Beliaulah (Padanda Dangin Rurung Kelodan) yang mendapat anugerah membuat barong.
Dalam Babad Ida Padanda Made Sidemen, dikuatkan lagi:
Waluyakena mwah, Padanda Dangin Rurung ring Grya Kelodan, Sang Tinicayan Ngwangun Barong, ngambil Putran Padanda Tegal.
"Kembalikan lagi ceritanya, Padanda Dangin Rurung di Grya Kelodan, yang memperoleh anugerah Barong, beliau menikahi anaknya Padanda Tegal".
Jadi cikal bakal adanya Barong Ratu Ayu Mas Sapuh Jagat adalah Ida Padanda Dangin Rurung Saren Kelodan.
Beliau mendengar tentang kehebatan Cokorda Api dalam membuat Topeng Barong, lalu pada hari baik yang telah di tetapkan, berangkatlah Ida Padanda yang kala itu masih walaka beserta sisianya menuju Puri Singapadu, hendak membuat topeng Barong.
Dalam perjalannya menuju Singapadu, beliau dikejutkan oleh adanya suara tangisan yang menyayat hati, ketika di dekati sumber tangisan itu, ternyata ada perempuan sangat cantik yang sedang menangis tersedu-sedu, rambutnya panjang hingga menyentuh tanah. Tubuhnya semampai seperti tubuh penari kondang "gilik nyempaka" sangat pas posturnya, berkulit sawomatang kekuningan bersih berkilau. Tubuh yang gemulai itu teronggok lunglai lemah. Bibirnya yang ranum gemetar karena tangis sedih. Walau pucat, sangat jelas bibirnya ngembang rijasa, berwarna seperti bunga rijasa, merah muda merekah sempurna dalam warnaya. giginya berbaris rapi berkilau bak mutiara tekena sinar mentari. Perempuan ini walaupun dalam kesedihannya yang mendalam. Tetap terlihat seperti bidadari Nilotama yang termasur itu. Nilotamalah yang membuat Indra Raja surga memiliki mata seribu, agar kemanapun Nilotama bergerak ia tak kehilangan sosok cantik Nilotama indra menciptakan 1000 mata lagi, Dewa Brahma dengan malunya lalu menambah lagi mukanya menjadi empat, agar tak sekejapun sosok Nilotama hilang dari pandangannya, inilah sebabnya kenapa Brahma juga di sebut dengan Bhatara Catur Muka.
Ida Dangin tetegun dalam hatinya, ia bertanya pada dirinya sendiri, siapak bidadari cantik ini? Dewi siapakah yang sedang bersedih di tengah sawah?
Ida Danging lalu bertanya untuk menjawab ragunya: oooooo.... ada apa gerangan adik menangis tersedu-sedu, sampai begitu sedihnya hingga hati saya pun terenyuh, apa yang bisa saya bantu untuk menghibur menghilangkan sedihmu?
Perempuan cantik itu pun berkata memelas, kakak maukah kamu memungutku? Mengajakku pulang ke Grya? Angkat aku sebagai adikmu kakak.
Karena saking kasihannya Ida Dangin pun menyanggupi "baiklah jika itu maumu, jika itu yang bisa mengobati sedihmu, kakak akan memungutmu sebagai adik terkecil, kau adalah adik bungsuku dari hari ini.
Selesai Ida Dangin berkata begitu, sekonyong-konyong hilanglah perempuan cantik itu, di depannya hanya ada pohon gegirang kecil yang disangkutkan Topeng barong, topeng barong itu belum jadi, belum berisi cadik pula kala itu.
Ida Dangin lalu mengambil topeng barong dihadapanya, ia teringat tujuannya ke Puri Singapadu, Tangkil kepada Ida Cokorda Api agar berkenan dibuatkan topeng Barong.
Menyadari tujuannya ke puri, topeng itu dipeluknya semakin erat. Dalam hati ia bergumam. Adikku aku akan membawamu ke Cokorda Api agar di perbaki, agar kau tak bersedih lagi. Ida Dangin lalu memanggil abdinya, disuruh mencabut pohon gegirang itu memasukanya ke dalam keranjang agar aman.
Komentar
Posting Komentar